Saturday, December 20, 2014

Pengantennya Flat

Pada suatu hari saya melihat foto seorang teman pakai baju putih-putih di blognya. Saya kirain dos-q lagi prewed. Belakangan saya tahu kalau ternyata itu bukan prewed, melainkan dos-q sedang menikah. Saya terkejut. Mengapa mukanya pada waktu lagi menikah nampak sama seperti kesehariannya?

Karena teman saya cukup narsis, dos-q juga upload foto-foto behind-the-stage pernikahannya. Mulai dari foto dos-q lagi didandanin step-by-step, foto dos-q lagi godain groom-nya bareng pengiring-pengiringnya, foto cincin yang ditaruh di boneka-bonekaannya, dan lain-lain yang kira-kira nggak terekspos tamu yang hadir di situ. Saya pun dapet kesan bahwa teman saya telah mengatur pernikahannya dengan konsep yang strukturnya terencana baik, dan telah menggunakan wedding organizer yang profesional. Tapi saya tetap merasa sayang pada make up artist yang dos-q pakai.



Saya pernah bilang di blog ini bahwa make up adalah unsur yang cukup menentukan pada sebuah pesta pernikahan. Dan unsur yang rada sulit dikendalikan juga. Saya pernah bilang bahwa saya kesian sama penganten-penganten yang begitu didandanin ternyata hasilnya medok banget sampai mukanya lain banget dari aslinya, sehingga membuat tamunya gagal mengenali pengantennya sendiri. Saya sendiri nggak pernah setuju konsep bahwa make up penganten harus tampil "manglingi". Meskipun ternyata saya gagal mengaplikasikan ketidaksetujuan itu di pernikahan saya sendiri; coz ternyata waktu saya menikah, saya sendiri akhirnya keliatan "manglingi".

(Satu-satunya yang bikin saya girang soal make up pernikahan itu adalah saya berhasil meyakinkan nyokap saya bahwa saya tetap cakep biarpun nggak "dipaes". Paes = lukisan hitam-hitam dari anak rambut di jidat itu :p)

Memang banyak calon penganten yang semenjak awal udah ngatur-ngatur make-up artist-nya supaya dos-q nggak boleh nampak "manglingi". Maksud para gadis ini simpel: mereka ingin para tamu tetap bisa mengenali diri mereka apa adanya di balik cadar penganten itu. Konsep yang bagus kan? Tapi sayangnya, dalam prakteknya para make-up artist malah menerjemahkan kemauan para calon penganten ini dengan bikin muka mereka flawless. Flawless dalam arti sebenarnya: tidak ada jejak make-up sama sekali.

Apakah boleh seorang penganten nampak flat? Saya sendiri nggak yakin. Tapi konsep tujuan make up itu satu: mau make up-nya flat atau make up-nya medok pun, make up harus bikin pemakainya nampak memesona.

Penganten cowok yang sering saya kasihani juga, mereka malah nampak kurang menonjol dibandingin tamu-tamunya. Dan sori dori mori, ini justru sering terjadi pada penganten-penganten cowok yang nggak mau pakai kostum adat di hari pernikahannya.

Saya nggak bermaksud mencela teman-teman yang menikah dengan kostum a la Barat. Tapi ada perbedaan besar antara jas penganten dengan jas non-penganten. Jas penganten akan bikin mempelai nampak istimewa di hari pernikahannya, sedangkan jas non-penganten tidak.

This is your own wedding day. Eat your own cake and enjoy it by making up gorgeously.
http://georgetterox.blogspot.com
http://laurentina.wordpress.com